Maret 1998
aq masi muda...
:D
masi 8 tahun...
kami sekeluarga lagi seneng lho... :)
soalnya Tulang (paman dlm bahasa batak) -ku yang paling besar melangsungkan pernikahan hari itu...
berhubung aku masih kecil, aku gak terlalu hafal apa yang terjadi saat itu.
yang ku tau aq pake baju kuning panjang (kynya dirancang tanteku...aju puput) dengan rambut yang keras2 krn di hairspray... dan gak ketinggalan make upnya...udah gak kayak anak2 lagi lah pokoknya...
trus aku nyanyi di pernikahan Tulang..."Boasa dung Saonari"...kata mama Tulang suka lagu itu. yaudah...dengan bekerja keras menghapalkan teksnya...akhirnya aku nyanyi di nikahan Tulang Besar...
singkat cerita, pesta pun berlangsung...buat anak kecil, cuma capek lah yang dirasa... hehe
buat Tulang, dah pasti senanglah...dah menemukan tulang rusuknya...haha
buat opung, pasti senang jugalah, dapat parumaen baru...pertama kalinya :)
buat mama, tante, seneng dan deg2an kali...dapat eda baru.haha
tapi aku juga senang, krn keluarga ngumpul semua.
dan karena malamya, udah ada nantulang baru...asiiiiik...nantulang pertamaku...
aku panggil "nan 1"...
karena kemungkinan ada nan2,nan3...kan Tulangku ada 3. :D

nah, dalam adat batak...
anak pertama dari anak laki-laki yang paling besar dalam keluarga itu, akan jadi panggoaran.
gini nih misalnya...
Papaku, anak laki-laki pertama dalam keluarga. aku, anak pertamanya Papa...
jadi akulah panggoaran buat opungku dari Papa...
Op. Eva, tapi biasanya dipanggil jadi Op.Pasu...begitulah kira-kira
krn itu kami sekeluarga menunggu dgn gegap gempita kehadiran buah hati Tulang besar...
:)
tapi penantian kami ternyata tidak sebentar...
kami sekeluarga harus menunggu...dan berdoa.
aku yakin...Tuhan PASTI memberi...
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7)
1 tahun...
2 tahun...
3 tahun...
4 tahun...
...........................terus menunggu
"kapan Tuhan?" mungkin sering kali kata-kata ini terucap...
tapi kami tetap yakin...Tuhan punya waktu yang lebih tepat, dari yang manusia pikirkan...
mungkin aku gak bisa mengerti gimana perasaan Tulang dan Nantulang...
yang ku tahu, mereka luar biasa...dan gak pernah menyerah untuk selalu berusaha menjadi sepasang orangtua.
aku tau, kami sekeluarga bergumul untuk hal ini, kalau aku saja merasa penantian ini panjang, apalagi yang dirasakan Tulang, Nan, Opung, dan keluarga lainnya
ini berat...pasti berat... :')
2 Agustus 2009
aku masih ingat...saat itu hari minggu...
bertepatan kampusku mengadakan program "gladi" buat angkatan tingkat ke-2 seperti aku.
dan aku mengambil kesempatan untuk gladi di Telkom Pematangsiantar-Sumatra Utara
saat itu aku gereja sama temen SMAku...desi.
karena hari sabtunya aku nginap di rumah Desi... :)
kira-kira sebelum masuk gereja, opung SMS aku, kalau nantulang1 udah masuk ruangan untuk operasi...
aku deg-degan...
di gereja, aku terus berdoa...
supaya persalinan nantulang berlangsung lancar...
jelas saja, aku yakin 100% seluruh keluarga juga melakukan hal yang sama :')
akhirnya pulang dari gereja, aq dapat kabar yang begitu sangat baik sekali...
anak Tulang besar lahir...
laki-laki...
namanya Egidius Topos Alexander Nataniel Naibaho
horeeeee!!!!!!!!!!!
pasti semua sepakat, kalo kata yang pertama diucapkan "Terima Kasih Tuhan Yesus..."
:)
aku senang banget.
pasti Tulang sama Nantulang ntah berpuluh2, beratus2 kali lipat senangnya dibandingkan aku...
akhirnya mereka resmi jadi Papi Mami Topos...
gak sabar pengen ketemu sama Topos...
gak lama setelah pulang dari Gladi di siantar, aku langsung ke jakarta :)
nemuin opung kecilku...

nambah deh opung kecilku jadi 2.
sebelumnya ada Stephano Naibaho, anak dari Tulangku yang kedua...
sekarang dia udah SD...
semoga opung doli kecilku yang lain cepat datang menyusul...amin...
:)
terima kasih Tuhan...
akhirnya keluarga ini semakin Engkau sempurnakan...
2 Agustus 2010
Hari ini...
tepat 1 tahun opung kecilku Egidius Topos Alexander Nataniel Naibaho hadir ditengah-tengah kami...
Topos yang sudah lama kami nanti-nantikan... :)
Topos, yang artinya (kata opung Tonga) adalah Garam, kiranya bisa semakin menggarami, menambah rasa, sukacita di dalam keluarga ini...
Happy Birthday Topos...
Panjang umur, sehat-sehat yah opung...jadi anak Tuhan yang pintar dan selalu jadi kebanggaan keluarga, khususnya Papi Mami...
Happy Birthday...
Egidius Topos Alexander Nataniel Naibaho
Tuhan Yesus besertamu... :)
we LOVE youuuuuu...
sedikit tentang makna Topos
Topos = Garam
garam. benda yang sangat sederhana. mudah didapatkan...
tapi sangat berguna...
dalam Alkitab sendiri, kegunaan Garam disebutkan :
1. Garam adalah kebutuhan dasar manusia. “Kebutuhan pokok untuk hidup manusia ialah: air, api, besi dan garam, terigu dan serta madu, air anggur, minyak dan pakaian.” (Sir 39:26)
2. Sebagai bumbu penyedap (seasoning) agar makanan menjadi lebih enak rasanya.“Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau apakah putih telur ada rasanya?” (Ayb 6:6)
3. Garam merupakan sebuah bagian penting dalam korban persembahan.
- “Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allah-mu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam” (Im 2:13).
- “Engkau harus membawanya ke hadapan TUHAN dan imam-imam harus menaburkan garam ke atasnya dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran bagi TUHAN” (Yeh 43:24).
4. Elisa menggunakan garam untuk memurnikan mata air di Yerikho (2Raj 2:19-22).
5. Abimelekh menaburi kota Menara-Sikhem dengan garam untukmendatangkan kutuk agar tanah gersang dan juga kutuk atas kota – setelah membunuh orang-orang (Hak 9:45; bdk Ul 29:22-23; Yer 17:6; Zef 2:9).
6. Garam sebagai tanda persahabatan permanen: perjanjian garam.
- “Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itu suatu perjanjian garamuntuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu” (Bil 18:19).
- Ketika Raja Abia dari Yehuda berperang dengan Yerobeam, dia berseru di atas gunung Zemaraim: “Dengarlah kepadaku, Yerobeam dan seluruh Israel! Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?” (2Taw 13:5).
Catatan: Sebuah perjanjian (covenant atau agreement) “ditanda-tangani” oleh ke dua belah pihak dengan mencicipi garam. Kata dalam bahasa Arab untuk ‘garam’ adalah sama dengan “perjanjian” atau “pakta” (treaty) (R.H. Sykes, 1984, hal. 30).
7. Garam memiliki kualitas untuk menyembuhkan dan membersihkan.
- “Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: ‘Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi.’ Jawabnya: ‘Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya.’ Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya. Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.’ Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa” (2Raj 2:19-22).
- “Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengangarampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin” (Yeh 16:4).
8. Garam merupakan sebuah gambaran penghakiman. Dalam Kej 19:26 istri Lot dihakimi Allah; dia menjadi tiang garam karena tidak taat pada perintah Allah agar tidak menoleh ke belakang.
Juga dapat dikatakan bahwa garam adalah bahan pengawet. Garam mengawetkan bahan makanan supaya tidak cepat busuk, misalnya dilaburi pada daging agar tidak cepat rusak (Ingat sayur asin, ikan asin dll.). Di tempat-tempat yang beriklim panas tanpa lemari pendingin, garam masih digunakan seperti ini.
Orang-orang Semit kuno malah menggunakan garam sebagai pupuk. Dengan demikian ungkapan ‘garam bumi’ cukup alamiah -artinya wajar- apalagi kalau kita memperhatikan sebuah ayat Injil tentang garam yang sudah menjadi tawar: “Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja.” (Luk 14:35)
Dalam Mat 5:13 soal garam sebagai ‘pupuk’ sudah tidak muncul, sehingga ayat ini sudah kehilangan hubungannya dengan bidang agro. Metafora yang dikemukakan dalam Injil Matius mengacu secara lebih langsung pada realitas para murid; dengan demikian kata bumi menjadi sejajar dengan kata dunia (lihat 5:14), jadi ‘bumi’ bukan lagi berarti tanah yang dapat digarap untuk pertanian, tetapi berarti ‘kemanusiaan yang universal’.
Garam itu bersifat merasuk (penetrating), meresap. Oleh karena itu garam baik untuk menjadi bumbu penyedab dan bahan pengawet seperti diterangkan tadi.
http://sangsabda.wordpress.com/2010/06/08/garam-bumi-dan-terang-dunia/